Senin, 13 September 2010

Pemahaman Fathimah Radiyallahu ‘Anha Tentang Jilbab Sebenarnya

jilbab cadarAdakah kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang hidup mendampingi beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil jannah). Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang difahami Shahabiyah?

Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:

“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan. ”2

Syaikh Albani rahimahullah berkata : Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan bagian dari tulang rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”3

Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.

Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang memakainyapun merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka. Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher (sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian celana ketat yang menambah jelas lekukan tubuh mereka. Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua justru yang semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda :

“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”4

Di dalam hadits lain terdapat tambahan :

“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”5

Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr rahimahullah ia berkata:

“Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”6

Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia berkata :

“Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata : “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk dipakaikan kepadanya.7

Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha yaitu “Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/kerudung pada bagian dada mereka”8

Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan berusaha untuk menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu(Al-Baqarah :208).

Wallahu’alam bish-shawwab.

Artikel ini telah di cek oleh : Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.

Sumber Rujukan :

1. Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.
2. Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.
3. Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.

Catatan kaki:

1. Hadits yang di riwayatkan Bukhari V/137 dan Muslim no.2450 yang berbunyi :“Wahai Fatimah relakah engkau menjadi ratu bagi para wanita disurga?….”[Lihat Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam hal :127-128] [↩]
2. dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah 2/43, Al Bayhaqi 3/34-35 untuk lebih jelasnya bisa di lihat dalam Jilbab Wanita Muslimah, Syaikh Nashiruddin AlBani, hal 140-141 [↩]
3. Jilbab Wanita muslimah hal: 140 [↩]
4. dikeluarkan oleh at-Thabrani dalam “Al-Mu’jam As-Shaghir” hal. 232 dari hadits Ibnu Amru dengan sanad shahih lihat jilbab wanita muslimah hal :130 [↩]
5. HR.Muslim dari riwayat Abu Hurairah hadits no.1388 [↩]
6. dikutip oleh As-Suyuthi dalam “Tanwirul Hawalik” 3/103 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal:131 [↩]
7. Ibnu Sa’ad 8/47 lihat Jilbab Wanita Muslimah hal 131 [↩]
8. idem hal 131 [↩]

sumber:jilbab.or.id

Selengkapnya...

Berjilbab Dikala Aman

Allah Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab:59)

Wahai ukhti muslimah,… ayat ini ternyata dijadikan dalil oleh suatu kaum untuk menyanggah bahwa jilbab hanya dipakai dalam kondisi diganggu, kalau tidak ada gangguan sah-sah saja membuka jilbab,..banyak saudari kita yang ilmunya masih minim termakan syubhat ini. Lalu apakah memang benar demikian?

Percakapan inilah yang pernah penulis dengar:

“Aman-aman saja kok, keluar tanpa jilbab, ga ada yang ganggu kita tuh! Buktinya justru yang pake jilbab dikomentari macem-macem,… Lagian liat dong ada ayatnya kenapa harus pake jilbab yaitu agar tidak diganggu,…iya kan? Nah kondisi nya waktu ayat itu turun ga aman, sekarang sudah aman, ga ada yang ganggu wanita muslimah keluar tanpa jilbab,..jadi sebabnya udah hilang dengan kata lain jadinya jilbab tu ga wajib gitu…..”

Waduh, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi kalau syubhat ini di diamkan begitu saja.Keraguan semakin bertambah dan ujung-ujungnya ‘ogah’ pake jilbab. Lalu mencemoh muslimah lain yang pake jilbab.

Wahai ukhti muslimah,… syubhat tersebut sangat lemah bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba. Cobalah tengok apa benar kenyataannya bahwa wanita yang tidak berjilbab tidak diganggu?Justru malah sebaliknya. Tengoklah berapa banyak kasus pemerkosaan terjadi karena wanita yang mengumbar auratnya. Di USA negara yang serba bebas ini mendapat laporan dari kantor polisi bahwa setiap 5 hingga 6 menit wanita USA diperkosa.1

Sangat menyedihkan fakta yang tidak bisa ditutupi. Dengan demikian benarlah firman-Nya bahwa Allah telah menjelaskan hikmah dari perintah mengulurkan jilbabnya adalah bahwa wanita yang diselimuti jilbab, maka dapatlah dimengerti bahwa dia itu seorang wanita yang bersih, terjaga dan berperilaku baik. Sehingga orang-orang fasik tidak berani mengganggu dan menyakitinya. Berbeda dengan seorang wanita yang keluar dari rumah dengan membuka auratnya, tentu yang demikian ini akan menjadi incaran orang-orang fasik serta akan digoda oleh mereka, seperti yang dapat di saksikan di setiap tempat dan masa. Oleh karena itu, Allah memerintahkan seluruh wanita mukminat agar mengenakan jilbab untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.2

Kemudian marilah kita lihat dengan seksama ayat diatas (surat Al-Ahzab ayat 33) adalah perintah Allah kepada wanita muslimah untuk memakai jilbab. Adapun supaya bisa lebih dikenal dan tidak diganggu bukanlah alasan untuk memakai jilbab,akan tetapi itu adalah dampak atau akibat positif bagi yang berjilbab. Bahwa orang yang berjilbab, disebabkan ia berjilbab dia lebih dikenal dan mudah dibedakan antara wanita muslimah dengan wanita non muslimah. Karena dengan berjilbab dia lebih terhindar dari gangguan orang yang nakal.Seperti orang sholat, kaum muslimin diperintahkan untuk sholat, Allah berfirman :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“tegakkanlah(dirikanlah) shalat untuk mengingatku,” (Thaha :14)

Apakah orang yang sudah ingat Allah dia sudah sholat?Tentu tidak! Begitu pula sama dengan orang yang mengatakan : makan untuk kenyang, apakah orang yang merasa kenyang walaupun dia tidak makan dikatakan sebagai orang yang telah makan? Tentu tidak demikian. Orang yang shalat,tapi dia tidak mengingat Allah dalam shalatnya berarti dia belum shalat.Begitu juga dengan jilbab,orang yang berjilbab dia memakai jilbab agar tidak diganggu, bukan berarti orang yang tidak diganggu tidak perlu berjilbab.Bukankah bunyi surat Al-ahzab ayat 33 ini hampir sama pengertiannya dengan firman Allah tentang seorang budak yang tidak ingin melacur karena menginginkan kesucian Kemudian Allah berfirman:

وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“ Janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi” (An-Nuur :33)

Apakah boleh kita menyuruh budak perempuan kita untuk melacur apabila mereka menginginkannya?! Jawabannya adalah : tentu tidak!!

Selain itu perintah Allah pada wanita muslimah untuk berjilbab terdapat pula pada surat An-Nuur ayat 31:



وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya”

Simaklah perkataan Aisyah radiyallahu anha mengenai ayat ini :

“Semoga Allah merahmati kepada wanita-wanita Muhajirin yang pertama, yang tatkala Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya: ”Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya” mereka lantas merobek kain tak berjahit yang mereka kenakan itu, lalu mereka berkerudung dengannya. (Dalam riwayat lain disebutkan:) Lalu mereka pun merobek sarung-sarung mereka dari pinggir, kemudian berkerudung dengannya”3

Akan dikemanakan kah surat An-Nuur ayat 31, juga hadits diatas? Selain itu ada hadits yang sangat kuat yang menjelaskan wajibnya kaum muslimah keluar mengenakan jilbab yang di bawakan oleh Ummu Athiyah radiyallahu anha beliau berkata:

“Rasulullah memerintahkan kami agar keluar pada hari ‘ledul Fithri maupun ‘ledul Adha; baik para gadis yang menginjak akil baligh, wanita-wanita yang sedang haid maupun wanita-wanita pingitan. Wanita-wanita yang haid tetap meninggalkan shalat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan (mendengarkan nasehat) dan dakwah kaum muslimin. Aku bertanya : Ya Rasulullah, salah seorang dari kami ada yang tidak memiliki jilbab? Beliau menjawab : Kalau begitu hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya (agar ia keluar dengan ber jilbab)!” (HR. Bukhari dan Muslim).4

Hadits ini merupakan dalil yang tak terbantahkan, dapat difahami dengan sejelas-jelasnya sabda beliau dan tak bisa di utak-atik maknanya oleh orang-orang yang senang mengekor hawa nafsu.

Wahai ukhti muslimah,…tanpa memakai jilbab saja manusia tak akan hentinya berkomentar dan mengkritik apa yang kita lakukan karena memang demikianlah tabiat manusia tidak ada puasnya. Apalagi kita yang berusaha untuk taat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya tentu lebih berat lagi ujiannya.Hanya perlu kita camkan dan garis bawahi adalah semakin kita mengikuti kebanyakan orang semakin menyesatkan kita dari jalan yang di ridhai-Nya sebagaimana firman-Nya:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (Al-An’aam :116)

Cukuplah sudah kita berlepas diri dari pendapat ‘kebanyakan orang’ tak ada yang kita dapati melainkan syubhat-syubhat yang justru melemahkan keimanan kita.Dan tak ada jawaban yang patut di keluarkan dari lisan-lisan kaum muslimin dan muslimah terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya melainkan kami dengar dan kami ta’at (Sami’na wa atha’na) karena dari jawaban inilah kunci kesuksesan di dunia dan akhirat sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Sesungguhnya jawaban oran-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (AN-Nuur :51). Wallahu ‘alam.

Artikel ini telah di muraja’ah (di cek) oleh ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.

Catatan kaki:

1. Penulis dengar dari ABC radio Australia [↩]
2. Jilbab Wanita Muslimah hal: 98 [↩]
3. HR. Bukhari 2/182 dan 8/397, Abu Daud, Hakim 4/194 lihat takrij hadits ini secara lengkap di “Jilbab Wanita Muslimah”, Syaikh Albani hal:87. [↩]
4. Hadits Bukhari no.324 dan Muslim no.431 lihat Ringkasan Shahih Muslim hal : 246. [↩]

sumber:jilbab.or.id
Selengkapnya...

Minggu, 29 Agustus 2010

Pempek Pak Raden

Pempek Pak RadenPempek, sebagai penganan, sudah sangat popular. Di Palembang, pempek pun biasa dijadikan makanan pokok. Namun di luar kota yang dibelah sungai Musi itu, pempek lebih dikenal sebagai cemilan atau sekedar snack. Bagi peminat produk olahan ikan ini. walaupun cuaca panas terik pun tetap terasa nikmat dan gurih. Apalagi kalau diolah dengan ikan belida, gabus, atau tenggiri yang segar (bukan bekuan), maka akan sangat terasa kelezatannya. Rasanya tak lengkap jika sedang berkunjung ke Palembang, tak membawa pempek sebagai buah tangan.

Tapi buat anda yang ingin menikmati pempek Palembang , jangan khawatir. Tanpa perlu ke Palembang, anda pun bisa menikmati beberapa restoran atau warung di sekitar tempat tinggal. Termasuk bagi anda yang tinggal di sekitar Jabodetabek. Salah satu restoran Pempek Palembang, yang mulai merambah ke luar Sumatera Selatan termasuk Jabodetabek adalah “Pak Raden”. Di kota Palembang, Pak Raden termasuk restoran pempek yang awal berdirinya dan punya konsumen tersendiri.

Restoran pempek yang berdiri sejak tahun 1980-an ini awalnya memang berasal dari Palembang. Namun seiring dengan perkembangannya, pempek Pak Raden ini kemudian membuka cabang di Jakarta pada tahun 2000, tepatnya di daerah sekitar Pasar Minggu. “Banyak konsumen kami yang sebagian besar orang Jakarta kesulitan memperoleh produk kami, karena lokasi kami yang hanya ada di Palembang. Oleh karena itu kami kemudian membuka cabang di Jakarta ini untuk memudahkan konsumen kami menikmati pempek,” ujar Iwan Rifai, pengelola pempek Pak Raden .

Menurutnya yang membedakan pempek Pak Raden dengan pempek yang lain adalah penggunaan bahan baku ikan. “Berbeda dengan pempek lainnya, kami menggunakan ikan air tawar sebagai bahan baku utamanya, yakni ikan gabus. Ikan gabus digunakan agar rasa dan aroma khas pempek tidak berbau amis seperti kebanyakan pempek lainnya,” ujarnya.

Proses pembuatan pempeknya sendiri tidak ada perbedaan dengan pempak lainnya, yakni dengan menggiling ikan dan mencampurnya dengan tepung serta bumbu lainnya. “Jangan lupa racikan air cuka untuk bumbu pempek, sebab inilah salah satu poin penting dalam hal rasa,” ujarnya.

Banyak sekali menu yang ditawarkan oleh pempek Pak Raden ini, mulai dari pempek kapal selam,pempek telur, lenjer, kulit, pempek keriting, pempek pistel (isi tumisan pepaya), hingga yang berkuah seperti model (dengan isi tahu) dan tekwan. Selagi menunggu pesanan datang anda bisa menikmati otak-otak ikan, kue srikaya dan kemplang (krupuk) khas Palembang.

Berbeda dengan pempek lainnya, saat disantap, pempek Pak Raden terasa “ringan” dan pas dilidah. Tidak amis dan sangat lezat. Apalagi saat irisan ketimun dan bubuk udang rebon bercampur dengan segarnya kuah cuka yang disiram diatas pempek, aduhai nikmatnya. Bagi yang ingin mencoba semua pempek, ada menu gabungan yang disebut pempek campur. Semua pempek yang ada didalam daftar menu bisa kita nikmati dengan porsi yang sesuai dengan perut kita.

Untuk menu minuman jangan khawatir, pempek Pak Raden juga menyediakan aneka ragam minuman mulai dari teh manis, softdrink hingga aneka jus buah-buahan. Es Kacang Merah nan manis menjadi menu jagoan yang paling banyak dipilih orang untuk menemani sajian pempek yang disajikan.



Halal Menjadi Prioritas

Pempek terbuat dari bahan baku ikan yang sudah jelas kehalalannya. Namun bagaimana dengan bumbu yang lainnya?. Iwan Rifai sang pemilik mengaku, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya mengkonsumsi makanan halal. “Oleh karena itu kami sengaja mensertifikasi pempek kami untuk menciptakan rasa aman dan nyaman konsumen atas kehalalan pempek yang dimakannya. Toh kita tidak tahu bagaimana bahan-bahan lain diluar ikan tadi, seperti tepung, aneka bumbu dan bahan minuman yang lainnya,” paparnya.

Ia memaparkan lebih lanjut, pempek Pak Raden berkembang karena menjaga mutu. Salah satu aspek mutu yang menjadi prioritas kami adalah halal. “Saat ini kami berusaha menjaga konsistensi kehalalan produk yang dihasilkan, melalui manajemen pengawasan halal yang disebut Sistem Jaminan Halal. Kami tidak ingin status kehalalan produk kami hanya sebatas ketika mendapatkan sertifikat halal saja. ( Tidak hanya) selesai sampai di situ, tapi seterusnya,” urainya lagi.

“Dari beberapa cabang pempek Pak Raden saat ini kami baru mensertifikasi 3 gerai kami, yakni yang berada di Jalan Serpong Raya, Fatmawati dan Radio Dalam. Dalam waktu dekat kami sudah merencanakan sertifikasi halal untuk cabang kami yang lain,” sahutnya.

Nah, bagi yang ingin mencicipi pempek nan lezat dan halal jangan lupa untuk mampir dan mengunjungi pempek Pak Radeng. Dijamin bakal penasaran untuk ikut mencoba semua menu yang disajikan. Jangan takut kantong jebol, sebab harga yang ditawarkan pun ekonomis, yakni mulai dari 4 ribu hingga 12 ribu Rupiah saja. Selamat mencoba.

Alamat Pempek Pak Raden:

· Jln. Raya Serpong Raya No. 68 BSD – Tangerang

· Jln. Raya R.S. Fatmawati No. 4b Cilandak – Jakarta Selatan

· Jln. Raya Radio Dalam No. 86D – Jakarta Selatan

· Jln. Raya Pasar Minggu km 18 No. 28 Pejaten Timur Jakarta Selatan

· Jln. Pesanggrahan Raya No. 10C Puri Indah Jakarta Barat

· Jln. Alternatif Cibubur Km 1,5 No. 3-4 Cibubur

· Jln. Bintaro Utama Raya Blok 04 No. 6 Sektor 1 Bintaro

. Jln. Cinere Raya No. 99A Cinere


sumber: halalmui.org


Selengkapnya...

Mengenal Lebih Dekat Gelatin

gelatinDi Indonesia, gelatin masih merupakan barang impor, negera pengimpor utama adalah Eropa dan Amerika. Menurut data BPS 1997, secara umum terjadi pemanfaatan dalam industri pangan dan farmasi. Dalam industri farmasi, gelatin digunakan sebagai bahan pembuat kapsul. Dalam industri pangan, gelatin pun sekarang marak digunakan.

Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan protien yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit jangat), babi (hanya (kulit) dan ikan (kulit). Karena gelatin merupakan produk alami, maka diklasifikasikan sebagai bahan bangan bukan bahan tambahan pangan.

Menurut data dari SKW Biosystem suatu perusahaan gelatin multinasional bahwa produk gelatin dunia pada tahun 1999 sebanyak 254.000 ton terdiri dari sumber kulit jangat sapi sebanyak 28.7 %, kulit babi sebanyak 41.4% serta kontribusi tulang sapi sebesar 29.8 %, dan sisanya dari ikan.

Gelatin komersial yang ada di pasaran dikategorikan sebagai gelatin tipe A dan tipe B. pengelompokan ini berdasarkan jenis prosesnya, yaitu proses perendaman asam dan basa. Proses perendaman asam menghasilkan gelatin tipe A dan perendaman basa menghasilkan gelatin tipe B. gelatin tipe A umumnya berasal dari kulit babi yang memiliki titik isoelektrik (titik pengendapan protein) pada PH yang lebih tinggi (7.5 – 9.0) dari PH isoelektrik gelatin tipe b (4.8 – 5.0). Sedangkan gelatin tipe B biasanya bersumber dari kulit jangat sapi dan tulang sapi. Sedangkan gelatin ikan dikategorikan sebagai gelatin tipe A. dalam perkembangannya, proses pembuatan gelatin yang berasal dari tulang dapat dilakukan juga dengan menggunakan cara asam yang lebih sederhana yang akhirnya juga menggeser PH isoelektrik pada sekitar 5.5 – 6.0.

Secara ekonomis, proses asam lebih disukai dibandingkan dengan proses basa. Hal ini karena peresndaman yang dilakukan dalam proses asa relatif lebih singkat yaitu (3-4 minggu) dibanding dengan proses basa (sekitar 3 bulan).

Setelah mengalami perendaman bahan dinetralkan untuk kemudian diekstraksi dan dipekatkan (evaporasi). Bahan yang telah mengalami pemekatan dikeringkan untuk kemudian mengalami proses penggilingan tau penghancuran menjadi partikel yang lebih kecil atau sesuai dengan standar tertentu.

PEMANFAATAN GELATIN

Dari daata SKW biosystem, penggunaan gelatin dalam industri non pangan sejumlah 100.000 metrics ton digunakan pada industri pembuatan film foto sebanyak 27.000 ton, untuk kapsul lunak sebanyak 22.600 ton, untuk produksi cangakang capsul (hadr capsul) sebanyak 20.200 ton serta dalam dunia farmasi dan teknis sebanyak 12.000 ton dan 6.000 ton.

Penggunaan gelatin dalam industri pangan masih menurut sumber di atas adalah sebesar 154.000 metrics ton, dimana penggunaan terbesar adalah industri konfeksioneri yaitu sebesar 68.000 ton selanjutnya untuk produk jelli sebanyak 36.000 ton. Untuk industri daging dan susu memiliki jumlah penggunaan gelatin yang sama yaitu sebesar 16.000 tom dan untuk kelompok produk low fat (semisal margarin) dan makanan fungsional (food supplement) memeliki kontribusi penggunaan gelatin yang sama yaitu sebesar 4.000 ton.

Aplikasi sejumlah gelatin (254.000 metrics ton, 1999) pada industri pangan (60%) dan non pangan (40%), dikontribusikan oleh gelain yang bersumber dari babi sebanyak 40% dan sapi (termasuk tulang dan kulit) sebesar 60%. Pada industri pangan jumlah penggunaan gelatin yang disumbangkan oleh babi sebesar 27% dan dari sapi sebesar 33%. Sedangkan untuk industri farmasi yang menggunakan gelatin yang berasal dari babi sebesar 7% dan yang berasl dari sapi sebesar 12%.

Jika ditinjau dari selisish persentase kontribusi gealtin sapi dan babi dalam industri pangan maupun farmasi persentase tersebut bukan merupakan selisih yang cukup besar dibandingkan dengan presentase konsumen muslim yang hanya boleh menggunakan gelatin yang bersumber dari sapi.

GELATIN DAN ALTERNATIFNYA

Gelatin disebut miracle food. Hal ini disebabkan karena gelatin memiliki fungsi yang masih sulit digantikan dalam industri pangan maupun obat-obatan. Salah satu keunggulan yang paling terkenal adalah bisa memiliki sifat melting in the mouth. Ini sifat yang paling disukai oleh hampir semua pengusaha industri pangan.

Namun demikian, tidak berarti gelatin sama sekali tidak bisa digantikan dalam industri pangan maupun farmasi. Penggunaan hidrokoloid yang bersumber dari tanaman sudah banyak dikembangkan dalam rangka menggantikan peran gelatin. Sungguhpun sejauh ini hasilnya tidak sesempurna gelatin, tapi sudah cukup memadai. Misalnya ada sebuah perusahaan permen chewy yang dulunya menggunakan gelatin, sekarang telah mendapat sertifikat Halal MUI setelah menggantikan gelatin dengan beberapa sumber hidrokoloid. Jadi, walaupun hasil akhirnya tidak mirip, peran gelatin dapat digantikan dengan mengkombinasikan beberapa sumber hidrokoloid. Dan penggunaannya bersifat aman dalam konteks kehalalan karena bersumber dari tanaman. Selain itu alternatif lain yang saat ini masih terus dikembangkan adalah gelatin yang bersumber dari ikan.

Sumber : Jurnal Halal LP POM MUI
Selengkapnya...

Ibunya Para Mualaf

Ibunya Para MualafSejatinya, anak Hj Vera Pangka hasil pernikahannya dengan HM Syarif Tanudjaja SH, Ketua DPW Persatuan Iman tauhid Indonesia (atau Persatuan Islam Tionghoa Indonesia/PITI) DKI Jakarta, hanyalah tiga orang: Adrian Amar (31), Kelvin Ikhwan (29) dan Andrew Irfan (16). Itu pun sang sulung, Adrian Amar, tahun lalu meninggal dunia dalam usia 31 tahun karena penyakit kanker. Namun, di mata wanita kelahiran 18 Juni 1950 ini, anaknya tak terhitung jumlahnya.

''Alhamdulillah, mereka dekat sama saya,” ujarnya. “Mereka” yang dimaksud Vera adalah para muallafah, alias para perempuan yang memutuskan masuk Islam atas kesadaran sendiri. “Saya sudah seperti orang tua mereka.”


Menurut Vera, perjuangan anak-anaknya itu untuk masuk Islam bukanlah hal yang gampang. Umumnya, setelah bersyahadat, mereka dijauhi keluarganya, bahkan “dibuang”. “Jadilah, saya penggantinya,'' ungkap Vera kepada Republika di sela-sela pengukuhan pengurus DPW PITI DKI Jakarta di Jakarta Ahad (9/11).

Sebagai orang tua, tentu saja, wanita yang memiliki nama asli Goey Kiok Lan ini tak sekadar menjadi pendamping rohani bagi para muallafah yang baru memasuki agama Islam. Vera juga sering menjadi tempat curhat bahkan "mak comblang" bagi putri-putrinya tersebut. "Desember 2008 mendatang, jadwal saya sudah padat untuk mendampingi mereka menikah," katanya, tersenyum.

Perjalanan keimanan Vera tidaklah mulus. Ia bersyahadat tahun 1986. Ia enggan menceritakan detilnya, namun intinya, banyak tantangan ketika seseorang, apalagi Tionghoa, memutuskan untuk menjadi mualaf. “Saya sembunyi-sembunyi dari keluarga ketika memutuskan menjadi seorang Muslim,” kenang Vera.

Berdasar pengalaman pribadinya itu, ia lebih gampang memahami perasaan anak-anak asuhnya. “Sangat berat ketika kita harus berhadapan dengan keluarga, berhadapan dengan lingkungan kita. Ada pertarungan batin,” ujarnya.

Karenanya, sebagai orang yang pernah mengalami, tugasnya adalah menjadi pendamping. “ Muallaf-muallaf yang sudah lama mem-backing-i mereka yang baru. Minimal, menjadi teman curhat,” ujarnya.

Ia sendiri banyak mendapatkan pengalaman karena mendampingi sang suami. Kalau dia perempuan, katanya, masalahnya lebih kompleks lagi, lebih berat lagi. ''Karena yang perempuan ini berat untuk berbenturan dengan keluarga, sehingga dia 'bergerilya' masuk Islamnya,” jelas perempuan yang kini aktif di Kelompok Pengajian Mustika ini.

Salah satu nasihat yang sering diberikan pada anak-anaknya adalah: perbanyaklah berdzikir. Nasihat itu dulu sering diucapkan suaminya ketika hatinya tengah gulana memikirkan penolakan keluarganya. Meski orang tuanya tinggal di luar negeri yang berpandangan liberal, namun kabar sang anak yang membelot masuk Islam tetap saja membuat kalang kabut keluarganya.

Ketika masuk Islam, Vera sudah punya anak. Bahkan anak sulungnya, almarhum Adrian Amar yang selalu mendorongnya untuk segera memeluk Islam. ''Mama, masuklah Islam. Nanti mama sendirian,” ia menirukan omongan almarhum anaknya.

Sang suami memang sudah berislam. Sang anak mengikuti agama papanya. ''Terus terang, ini cita-cita anak saya, agar saya bisa aktif berjuang bersama papanya membela Islam. Kata dia suatu hari, Islam harus berjaya di Indonesia,” tambahnya.

Yang paling shock mendengar kabar ia berpindah agama adalah sang mama. Tak puas berdialog melalui telepon, mamanya memutuskan untuk datang ke Jakarta menemuinya. "Saya deg-degan. ''Apa ini? Saya harus bagaimana ini? Saya tahu ibu saya sifatnya keras," ia kembali mengenang.

Hari-hari menjelang kedatangan sang mama, ia lebih kencang berdzikir. Ketika akhirnya bertemu, Vera mengaku pertolongan Allah SWT datang. ''Sepanjang pertemuan saya zikir. Ibu saya lembut sekali ngomong-nya. Juga ketika saya bilang, 'Mami boleh minta apa saja sama saya. Cuma satu permintaan saya, jangan suruh saya pindah ke agama lama'.''

Ia sangat lega hati ketika suatu hari sang mama mengomentari agama barunya. "Pilihan kamu tidak salah," ia menirukan ungkapan wanita yang melahirkannya itu.

Ketika pertama kali dia ber-Ramadhan bersama keluarga, sang mama hadir menyaksikan. “Anak saya bilang, 'Oma sama Opa lihat kami Tarawih', lalu saya meminta maaf atas nama keluarga. Dia bilang, 'Oma maafin mama saya, ikhlaskan anak Oma masuk Islam'.''

Lalu, inilah hal yang tak diduganya. Pertama kalinya Vera menyaksikan sang mama menangis. “Oma ikhlas mama kamu masuk Islam,” ujar wanita itu kemudian. Kini giliran Vera bersimbah air mata. dam

Vera Panka
Nama Asli: Goey Kiok Lan
Tanggal lahir : 8 Juni 1950
Suami : HM Syarif Tanudjaja SH
Anak : Adrian Amar Tanudjaja (31) almarhum
Kelvin Ikhwan Tanudjaja (29)
Andrew Irfan Tanudjaja (16)
Nama Ibu : Caroline Djuanda
Nama Ayah : John Siemon Pangka

Rumah
Bp. HM. Syarif S. Tanudjaja
Jl. Tegalan III No. 15, Tegalan, Matraman (Depan Toko Buku Gramedia)
Jakarta Timur

sumber: mualaf.com
Selengkapnya...

Tuhan Sesungguhnya Hanya Dalam Islam

tuhan allohSetelah diskusi berlangsung beberapa kali, pendeta tersebut minta maaf karena tidak bisa melanjutkan diskusi lagi karena akan pergi ke luar negeri selama beberapa waktu. Beliau merekomendasikan dua orang pendeta untuk menggantikan posisi beliau selama beliau tidak ada. Pendeta pertama adalah seorang yang dulunya beragama Islam namun keluar (murtad) dari agama Islam dan menjadi pendeta. Saat kami mendatangi rumah pendeta ini, dari pembicaraan dengannya terkesan bahwa beliau menolak dan menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Pendeta kedua adalah seorang doktor teologia ahli perbandingan agama dan memiliki kedudukan yang cukup tinggi di sebuah universitas. Karena kesibukan dan kedudukan beliau inilah, kami agak kesulitan menemui beliau. Ketika akhirnya kami berhasil menemuinya, ternyata beliau keberatan dan tidak bersedia berdiskusi bersama kami dengan alasan sibuk. Pendeta kedua ini menyarankan agar kami kembali berdiskusi dengan pendeta X.


Karena proses diskusi ini (yang tadinya aku berharap begitu banyak para pendeta ini dapat memberi pelajaran pada A) ternyata sedikit terhambat, akhirnya aku mendatangi pendeta X seorang diri. Aku menceritakan semua hal berkenaan dengan latar belakang diskusi ini dan aku memohon kepada beliau untuk membantuku meneruskan proses diskusi dengan A. Sayangnya… ternyata beliau menolak permintaanku dengan alasan yang tidak jelas –bahkan bisa dikatakan tanpa alasan-. Sebagaimana harapan besar lainnya – yang jika tertumpu pada seseorang namun ternyata tidak dipenuhi oleh orang tersebut-, maka kekecewaan yang besar pun kurasakan waktu itu. Ketika aku pamit pulang, pendeta tersebut masih sempat berpesan kepadaku,

“Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu menikah dengan dia (A). Kalau dia tidak mau masuk agama Kristen, pertahankan imanmu (iman Kristen).”

Gundah, bingung, sedih, dan kekecewaan yang menumpuk, semua bergumul menjadi satu setelah mendapat berbagai penolakan dari pihak-pihak yang aku harapkan dapat membantuku memberi penjelasan tentang agama Kristen ini kepada A. Bahkan pihak-pihak ini adalah orang yang kuanggap pakar dan ahli sehingga dapat membantuku menjawab dan menjelaskan tentang agama Kristen kepada A. Aku pun merasakan sesuatu yang janggal dari pesan terakhir dari pendeta X. Aku simpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki argumen dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan aku merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang dari agama ini (Kristen).

Sejak itulah, aku berusaha melihat dan menilai Islam dan Kristen sebagai dua agama yang sejajar kedudukannya, dan aku berusaha berada pada posisi netral seakan-akan sedang menjadi juri untuk keduanya. Berat dan tertekan. Itu yang aku rasakan ketika harus bergumul dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari doktrin Kristen. Doktrin yang telah aku cintai sejak kecil dan telah kuikat secara sungguh-sungguh. Namun, dari sinilah aku mulai membuka diri dengan selain Kristen. Aku baru bisa mulai mempelajari seperti apa Islam sebenarnya. Kesan pertama yang kudapatkan dalam penilaianku adalah, ‘Apa yang jelek dari Islam? Kelihatannya ajarannya ok ok saja.’ Sambil melakukan ini, aku tetap terus membaca Alkitab Kristen.

Suatu ketika, A mengajukan suatu ayat dalam Alkitab yang mengatakan,”Jangan sampai kita sudah setiap hari menyeru ‘Tuhan-Tuhan,’ tetapi tidak selamat seperti yang tertulis dalam Injil.”

Kata-kata ini terpatri dalam benakku. Malam harinya, aku mencari ayat itu dalam Alkitab dan menemukannya, yaitu pada Matius 7:21, yang isinya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan, Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga.”

Aku termenung seakan-akan tak percaya yang aku baca. Perlahan-lahan ‘ku tutup Alkitab yang sedang kubaca tersebut.

Keesokan harinya dan hari-hari sesudahnya terasa seperti hari penuh perenungan untuk pikiran dan benakku. Walaupun aku (berusaha) beraktifitas seperti biasa, namun pikiranku tidak tenang memikirkan ayat tersebut. Untuk meyakinkan diriku, ‘ku baca kembali ayat tersebut berulang-ulang, namun ternyata aku justru menjadi ketakutan setelah memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Sepertinya ayat ini sangat berkaitan dengan apa yang telah aku lakukan selama ini, dan aku takut ternyata aku termasuk yang pada akhirnya tidak masuk surga. Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini walaupun dengan kecintaan dan kesungguhan dan penuh perjuangan adalah hal sia-sia.

Sejak itu, aku mulai tertarik dengan Islam dan menjadikannya alternatif pengganti agamaku. Aku mulai bekerja di luar kota Yogyakarta di sebuah Puskesmas di Banjarnegara. Sendirian… tanpa sanak saudara ataupun teman dekat dan sahabat yang dapat kuajak diskusi tentang Islam. Aku belajar tentang Islam dari pengajian-pengajian masjid di desa yang terdengar dari pengeras suara atau acara desa dan kecamatan yang biasanya terdapat sentilan tentang ajaran Islam. Dan tentu saja tak ketinggalan, aku belajar dari diskusi yang sangat sangat banyak dengan A.

Sampai pada akhirnya, A menawarkanku untuk masuk Islam, dan akupun menyetujuinya walaupun tidak langsung melaksanakannya. Aku masih terus berdiskusi, belajar dan berpikir sehingga aku benar-benar merasa yakin dan mantap untuk memeluk agama Islam. Dan ketika keyakinan ini bertambah kuat, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang harus kulakukan, yaitu aktifitas menyembah Allah. Rasanya keyakinanku akan sia-sia dan terasa hampa jika tidak ada aktifitas ibadah yang harus aku lakukan untuk menyembah Allah. Namun, aku sama sekali belum bisa cara beribadah yang ada pada Islam.

Dengan melihat orang sholat di televisi dan memperhatikan teman sholat, akhirnya aku berusaha meniru gerakan sholat. Tentu saja segala sesuatunya masih kacau saat itu. Dengan hanya memakai piyama tidur (tanpa tahu ada aturan harus menutup seluruh aurat saat shalat) menggelar selimut untuk dijadikan sajadah, dan berdiri tidak mengetahui harus menghadap kemana, aku sholat. Ya! Aku sholat! Hanya dengan tiga kalimat yang aku ketahui, bismillahirrahmanirrahim, allahu akbar, dan alhamdulillah dan dengan gerakan yang tanpa urutan dan aturan. Rasanya melegakan karena aku melepaskan keinginan untuk menyembah satu Ilah dan hanya Ilah inilah yang harus aku sembah. Aku lakukan ini berkali-kali tanpa diketahui oleh siapapun. Aku masih belum mengetahui tentang pembagian sholat yang lima waktu. Aku masih sendirian saat itu, menjadi kepala Puskesmas, dan aku pun masih merahasiakan statusku dari siapapun termasuk staf di kantor bahkan Si A tidak tahu kalau aku melakukan sholat karena aku masih malu, takut dan masih menutup diri. Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengajariku.

Sampailah waktunya…
Aku dan A memberanikan diri datang kepada orangtuaku. Di situ, A mengutarakan keinginanku untuk memeluk agama Islam kepada orangtuaku. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Kekagetan luar biasa, marah, tidak percaya mengelegak keluar. Orangtua memintaku mengutarakan sendiri hal tersebut, dan aku pun mengatakan hal yang sama, “Aku ingin masuk Islam.” Mereka tetap tidak percaya dan memintaku memikirkannya kembali. Aku kembali ke Banjarnegara dan A juga kembali ke Jakarta tempat ia bekerja.

Beberapa waktu kemudian, Bapak, Ibu dan adikku menemuiku di Banjarnegara. Menanyakan kembali keputusan akhirku. Saat itu, aku meminta A menemaniku, karena aku dalam kondisi sangat takut dan kalut. Jawabanku pun tetap sama, “Aku ingin masuk Islam.”

Betapa orangtuaku marah mendengarnya. Sebuah kemarahan yang aku belum pernah menyaksikan sebelumnya. Ibu berkata, “APA KAMU SANGGUP MENGHIANATI YESUS!!! TEGANYA ENGKAU DENGAN YESUS!!!”

Rasanya hatiku teriris mendengar teriakan marah dan kekecewaan yang luar biasa dari kedua orangtuaku tersebut. Aku pun memahami jika akan seperti ini, karena seluruh keluarga besar beragama Kristen dan hampir seluruhnya adalah aktivis-aktivis gereja, sering berkhotbah di gereja. Tidak ada satupun yang beragama lain. Dan… aku yang diperkirakan juga akan mengabdi dengan sesungguhnya pada agama Kristen ternyata menjadi orang pertama yang masuk ke agama Islam. Tentu ini hal yang sangat berat terutama untuk kedua orangtuaku. Anggapan-anggapan negatif baik dari pihak keluarga, jemaat gereja, keluarga besar lainnya tentu akan datang bertubi-tubi menekan mereka. Dengan keputusanku yang tidak berubah ini, akhirnya hubunganku dengan keluarga menjadi agak renggang.

Derai air mata sejak itu masih terus mengalir. Aku sempat ragu ketika mengingat perkataan ibuku,

“Sanggupkah engkau mengkhianati Yesus.”
“Tegakah pada Tuhan Yesus.”

Pikiranku terus berkecamuk, ‘Benarkah itu? Benarkah aku harus menyembah Yesus? Benarkah jika aku memeluk Islam, Yesus akan marah?’ Berkutat pada kebimbangan antara perkataan orangtuaku dan apa yang telah kupelajari dalam Islam. Dalam puncak kebingunganku, aku bermimpi…

Aku hendak pergi tidur. Tiba-tiba… terdengar ketukan dari jendela kayu yang bersebelahan dengan tempat tidurku. Kubuka jendela tersebut dan aku kaget karena ternyata di depanku ada sesosok Yesus (wajahnya memang tidak jelas, namun berjubah dan dalam mimpi itu aku dipahamkan bahwa itu adalah Yesus). Sosok itu tidak berbicara apa-apa namun tampak seperti tersenyum, tidak marah dan mengulurkan tangannya (seperti) hendak menyalamiku. Sosok tersebut tidak berbicara namun aku dipahamkan bahwa maksud beliau adalah mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu sosok tersebut berlalu.

Aku pun terbangun dalam keadaan bingung dan takut. ‘Apa maksud mimpi ini?’ pikirku. Apakah ini suatu tanda bahwa pilihanku benar.

Waktupun berlalu dan aku semakin mengokohkan keputusanku untuk memeluk agama Islam. A yang hampir selalu hadir dalam perjalananku menggapai hidayah Islam ini akhirnya melamarku. Alhamdulillah…akhirnya orangtuaku pun mengizinkan kami menikah. Hubungan kami dengan keluargaku sudah baik kembali sampai saat ini. Kami menikah dengan wali dari KUA. Rasa haru dan bahagia menyelimutiku saat itu. Setelah menikah, aku langsung minta dibelikan mukena dan minta diajarkan shalat. Dan A terus mendampingiku dan mengajarkanku shalat lima waktu. Sampai aku telah dapat melakukan shalat sendiri, A baru bisa menjalankan kewajibannya untuk shalat di masjid.

Perjalananku dalam memahami Islam tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Setelah lima tahun sejak aku masuk ke dalam agama Islam, aku melanjutkan studi S2 di FK UGM, jurusan Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis (minat Histologi dan Biologi Sel) dan aku seperti tersentak untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari dan memahami betapa Allah mengatur segala sistem dalam tubuh kita dengan begitu rapi, canggih, teratur, beralasan dan sempurna sampai ke tahap molekuler, tanpa kita sadari. Aku banyak termenung saat menyadari hal itu, namun juga menjadikanku banyak bertanya kepada dosen pakar saat itu. Subhanallah, Dia-lah pencipta, pengatur, pemelihara yang sedemikian rupa rumitnya. Dan tidak mungkin semua itu berjalan, berproses dan bermekanisme dengan sendirinya. Mulai saat itulah aku lebih terpacu lagi untuk belajar dengan membaca dan memahami Al-Qur’an.

Dan proses belajar itu terus berlangsung sampai sekarang. Dahulu aku telah mengetahui bahwa Allah-lah, Ilah yang disembah dalam agama Islam. Namun, perlu waktu bertahun-tahun untuk aku memahami bahwa hanya Allah-lah Ilah yang BERHAK untuk disembah. Dan pemahaman ini ternyata suatu perkembangan, semakin kita belajar mengenal Rabb kita, insya Allah semakin bertambahlah pemahaman dan ketauhidan kita, dan akan semakin sadar bahwa masih banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Dari proses pembelajaran inilah aku semakin memahami siapakah Allah yang selama ini aku sembah, mengapa hanya Allah yang harus aku sembah. Kini aku sedikit lebih paham (karena masih banyak hal yang belum aku pahami), tentang kekuatan rububiyah Allah (sebagai pencipta, yang berkuasa) yang melazimkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan mengapa aku tidak boleh mempersekutukan-Nya karena jika aku melakukan kesyirikan maka ia akan menjadi dosa yang tak terampuni (jika tidak bertaubat).

Saudariku… agama Islam terlalu tinggi, canggih dan terlalu sempurna, dengan konsepnya yang sangat jelas, sehingga agama-agama lain menjadi sangat lemah untuk menjadi pembandingnya, termasuk agama yang aku anut dahulu.

sumber: mualaf.com
Selengkapnya...

Hidayah Yang Diawali Dengan Kebencian

kisah hidayahIa marah dengan Islam. “Aku merasa agama dan para pengikutnya telah menyerbu negara saya, “ ujarnya, dan inilah kisahnya ...

Rabu, 10 Pebruari, kota New York sedang dilanda badai salju. Sejak tengah malam lalu, salju turun tiada henti membuat jalanan menjadi sepi dan licin. Kebanyakan warga memilih tinggal di rumah, berbagai institusi ditutup sementara, termasuk sekolah-sekolah dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


Aku sendiri cukup malas untuk meninggalkan rumah pagi. Tapi entah apa, rasanya aku tetap terpanggil untuk melangkahkan kaki menuju kantor PTRI, dan selanjutnya ke Islamic Center. Ternyata kantor PTRI juga pagi ini hanya dibuka hingga pukul 12 siang.

Aku segera menuju Islamic Cultural Center of New York dengan tujuan sekedar shalat dzuhur dan asar sekalian. Lazimnya, ketika ada badai salju atau hujan lebat, jama’ah meminta untuk menjama’ shalat. Setiba di Islamic Center aku segera menuju ruang shalat, selain untuk melihat apakah pemanas ruangan telah dinyalakan atau belum, juga untuk shalat sunnah.

Tiba-tiba saja Sekretaris memanggil, “Some one is waiting for you!”. “Let me do my sunnah and will be there!,” jawabku.

Setelah shalat sunnah, segera aku menuju ke ruang perkantoran Islamic Center. Di ruang tamu sudah ada seseorang yang relatif berumur, tapi nampak elegan dalam berpakaian. “Hi, good morning!,” sapaku. “Good morning!,” jawabnya dengan sangat sopan dan ramah. “Waiting for me?,” tanyaku sambil menjabat tangan. “Yes, and I am sorry to bother you at this early time,” katanya sambil tersenyum.

Aku mengajak pria berkulit putih tersebut ke ruangan kantor aku. Dengan berbasa-basi aku katakan “Wah mudah-mudahan Anda diberikan pahala atas perjuangan mengunjungi Islamic Center dalam suasana cuaca seperti ini,” kataku. “Oh not at all!. We used to this kind of weather,” jawabnya.

“So, what I can do for you this morning,” tanyaku memulai pembicaraan. Tanpa aku sadari orang tersebut masih berdiri di depan pintu. Barangkali dia tidak ingin lancang duduk tanpa dipersilahkan. Memang dia nampak sopan, tapi dari kata-katanya dapat dipahami bahwa dia cukup terdidik.

“Please do have your sit!,” kataku. “Thanks sir!,” jawabnya singkat.

Setelah duduk Aku ulangi lagi, pertanyaan sebelumnya “what I can do for you this morning?.” Sambil membalik posisi duduknya, dia melihat ke arahku dengan sedikit serius, tapi tetap dengan senyumnya. “I am here for….,’ seolah terhenti..”for some clarifications!,” jawabnya. Intinya, ia mengaku telah banyak membaca, mengamati dan belajar agama. "Harus jujur Aku tahu tentang hal itu banyak," jelasnya.

“That’s great!,” selaku. Dia mengaku, dari waktu ke waktu, pertanyaan tentang agamanya terus bertambah. Sementara perasaan terhadap Islam justru makin tumbuh.

Pria itu, merubah posisi duduknya dan bercerita. "Aku dulu sangat marah. Aku benar-benar membenci agama ini!, jelasnya. “Aku merasa agama dan para pengikutnya telah menyerbu negara saya, “ tambahnya dengan sangat serius. "Jadi, apa yang terjadi?, pancingku menyambung ceritanya.

Singkatnya, aku menuliskan beberapa catatan ceritanya, bagaimana kebenciannya kepada agama Islam menjadi awal ‘kehausan’ untuk mencari tahu. Suatu hari dia membeli makanan di pinggir jalan (Halal Food) di kota Manhattan. Sekedar untuk diketahui, mayoritas mereka yang jual makanan di pinggir jalan di kota New York adalah Muslim. Lalu menurutnya, di gerobak penjual makanan itu tertulis “Laa ilaaha illa Allah-Muhammad Rasul Allah” dalam bahasa Arab. Kebenciannya yang amat sangat kepada Islam, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk mengata-ngatai penjual makanan itu dengan kalimat, “don’t turn people away from buying your food with that ….(bad word)’, katanya sinis!.

Tapi menurutnya lagi, sang penjual itu tidak menjawab dan hanya tersenyum, bahkan merespon dengan “Thank you for coming my friend!.”

Singkatnya, menurut dia lagi, sikap ramah si penjual makanan itu selalu teringat dalam pikirannya. Bahkan sikap itu menjadikannya merasa bersalah, tapi pantang untuk datang meminta maaf. Ketidak inginannya meminta maaf itu, katanya sekali lagi, karena kebenciannya kepada agama ini (Islam, red). "Itu benar-benar membuat saya marah kepada diri saya, namun di saat yang sama, saya benar-benar ingin tahu,” sambungnya.

“Awalnya, aku hanya googling beberapa informasi mengenai agama. Kemudian mendengarkan beberapa ceramah di Youtube (terutama ceramah Hamzah Yusuf), “ ujarnya. Setelah itu kemudian membeli beberapa buku karangan non Muslim, termasuk sejarah Rasul oleh Karen Amstrong, Syari’ah oleh John Esposito, dll.

"Semakin saya pelajari, semakin aku merasa menjadi curiga dan bingung,” akunya. “Tapi apakah Anda pernah berpikir sebelumnya, mengapa begitu?,” ujarku. “Saya tidak tahu, saya kira faktor media, katanya. Yang jelas, setiap kali dia melihat pemboman, pembunuhan, pengrusakan, dan bahkan beberapa aksi film, ada-ada saja Muslim yang terkait. "Saya benar-benar tidak tahu dan bingung, apa yang sedang dipraktikkan orang-orang Islam ini?."

Dia kembali berbicara panjang, seolah menyampaikan ceramah kepadaku tentang “jurang besar” antara ilmu tentang Islam yang dia pahami dan berbagai perangai yang dia lihat dari beberapa Muslim selama ini. Di satu sisi, dia kagum dengan sikap penjual makanan tadi. Tapi di satu sisi, dia marah dengan sikap beberapa orang Islam yang justru melakukan apa yang disebutnya sebagai “kejahatan atas nama Islam.” “Dan demikian, aku pada pihak mana? Apakah suatu hari nanti aku akan menjadi seorang Muslim?, tanyanya pada dirinya sendiri.

Setelah selesai, aku kemudian memulai mengambil kendali. “Pertama, saya ucapkan selamat!,” kataku singkat. Tapi justu nampak bingung dengan ucapanku itu.

Segera aku sambung ‘You have been a real American!’. Dia tersenyum tapi masih belum paham.

“Kemarahan Anda dapat dimengerti,” kataku. Pertama-tama, karena Anda tidak tahu dan akan mencari serta bertanya tetang itu. Kedua, faktor media dan obat untuk itu adalah memperjelas. Dan saya pikir Anda melakukan yang kedua, “ tambahku

Aku mengajaknya mendiskusikan berbagai hal. Mulai dari sejarah peperangan, terorisme, pembunuhan, pengrusakan, dari dulu hingga sekarang. Dan sebaliknya, bagaimana Islam telah memainkan peranan besar dalam membangun peradaban manusia.

“Sepanjang sejarah manusia, apa yang Anda lihat sekarang ini tidaklah terlalu mengejutkan dan hal baru. Berapa banyak nyawa telah diambil, properti dihancurkan dan rumah rusak?,” tanyaku. "Dan dari awal Nabi Muhammad mengajarkan agama ini pada abad ke-7 di Arabia, hingga hari ini, berapa banyak perang dan pembunuhan yang telah melibatkan Muslim sebagai pelaku?,” pancingku lagi.

Dia nampak hanya geleng-geleng kepala dengan contoh-contoh yang aku berikan. Dari Hitler, Stalin, Perang Dunia I dan II, Hiroshima dan Nagasaki , dst. Berapa diantara mereka yang terbunuh, dan siapa yang melakukan? Peperangan di Iraq, berapa yang terbunuh ketika jet-jet Amerika mendrop boms di perkampungan- perkampungan? Siapa mayoritas tentara Amerika?

Kemudian, pernahkan dilakukan studi secara dekat, untuk mengetahui apakah benar bahwa pemboman, pembunuhan, pengrusakan yang dilakukan oleh beberapa Muslim selama ini, walau atas nama Islam, memang dibenarkan oleh Islam? Dan benarkah bahwa memang motifnya karena memperjuangkan Islam dan Muslim, atau karena memang Islam dan Muslim adalah jembatan menuju kepada ‘interest’ tertentu?, ceritaku panjang lebar.

Tak terasa, waktu adzan dhuhur telah tiba. “Sorry, that is what we call adzan or the call to pray,” jelasku. Aku diam sejenak, dia juga nampak diam mendengarkan adzan dari Sheikh Farahat, muadzin yang baru diterima sebagai pegawai di Islamic Center. Suara tammatan Al-Azhar ini memang sangat indah.

Setelah adzan, aku kembali menyambung pembicaraan. Saat ini kita membicarakan berbagai ketidakadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia, dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Secara ekonomi hanya segelintir yang menikmati kue alam, secara politik ada pemaksaan sistemik kepada negara lain, dst.

“Dengan semua ini, dan tidak ada cara untuk mengatakan bahwa pembunuhan, terutama ketika kita sampai pada kehidupan dan warga sipil tak berdosa, adalah dibenarkan atas nama berjuang untuk keadilan,” lanjutku.

Tapi karena waktu sangat singkat, aku bertanya “Apa pendapatmu? Apakah ada hal yang membuat Anda berkeberatan?, " pancingku. Dia nampak diam, tapi tersenyum dan mencoba berbicara.

“You are right!,” katanya singkat. "Aku sudah tidak adil untuk diri saya sendiri! Asosiasi saya terhadap Islam dan perilaku sebagian kaum Muslim benar-benar tidak adil.”

“You got the point, sir!”, jawabku singkat. “Sekarang, saya meminta izin sesaat untuk shalat.” Tiba-tiba saja dia melihatku dengan sedikit serius. Kali ini tanpa senyum dan berkata “Apa yang harus aku lakukan untuk menjadi seorang Muslim?” tanyanya. “Are you serious?” tanyaku. “Yes!” , jawabnya singkat. “Follow me!”, ajakku.

Aku ajak dia ke ruang wudhu, mengajarinya berwudhu, lalu ke ruang shalat. Sambil menunggu waktu iqamah, aku menyampaikan kepadanya. "Apa yang akan saya lakukan adalah membawa Anda untuk menyatakan iman Anda yang baru dengan apa yang kita sebut syahadat. Dan itu adalah untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak untuk disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya,” jelasku seraya mengingatkan apa yang pernah dia lihat dahulu di gerobak penjual makanan itu.

Sebelum iqamah dimulai aku ajak, Peter Scott, begitu nama pria tersebut, ke depan jama’ah dan menuntunnya mengucapkan “Asy-hadu anlaa ilaaha illa Allah wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah,” seraya diikuti gema takbir sekitar 200-an jama’ah shalat Dhuhr hari ini.

“Peter, Anda seorang Muslim sekarang, seperti orang lain di sini hari ini. Tidak ada diantara Anda yang kurang. Sebenarnya, Anda lebih baik dari kami karena Anda dipilih untuk menjadi, bukan hanya dilahirkan ke dalamnya dan mengikutinya,” jelasku sambil meminta untuk mengikuti gerakan-gerakan shalat sebisanya, tapi dengan konsentrasi.

Allahu Akbar! Semoga Peter selalu dijaga dan dijadikan pejuang di jalanNya!


sumber: hidayatullah Selengkapnya...

Selasa, 03 Agustus 2010

Rasulullah Saw. Adalah Aplikasi Nyata Terhadap Agama Ini

aplikasi nyataoleh: DR. Yahya Ibrahim Yahya


Rasulullah saw. Adalah gambaran aplikasi nyata bagi agama ini, bagaimana petunjuk beliau, perbuatannya, perintah dan larangannya.

Beliau melakukan perdamaian juga berperang, beliau tinggal juga melakukan perjalanan, beliau menjual juga membeli, beliau memberi dan menerima, beliau tidak hidup dengan sendiri, dan tidak melakukan perjalanan dengan sendiri.

orang-orang islam tidak tertimpa musibah kecuali karna di sebabkan mereka lalai dari mengikuti Rasulullah saw., tidak mengambil petunjuk beliau, dan mengabaikan sunnah beliau, sementara Allah swt. Telah menegaskan di dalam Al Qur’an dengan firmanNya “sungguh Rasulullah saw. Bagi kalian adalah suri tauladan yang paling baik ”.

sebagian muslim hanya membaca sejarah Rasulullah saw. Di tempat-tempat pertemuan, di acara-acara tertentu dan tidak lebih dari itu, sementara yang di inginkan dari membaca sejarah Rasulullah saw. Ialah agar bisa di jadikan petunjuk dan bentuk aplikasi di dalam kehidupan ini, dan sebagian lagi ada yang membacanya hanya untuk mendapatkan berkah darinya, atau sekedar ingin mengetahui kejadian-kejadian di dalamnya, atau sekedar hanya untuk menghafal peperangan beliau, hari-harinya, utusan-utusan beliau, dan pasukan muslim yang di kirim ke negeri lain.

Hal ini semua mungkin di karenakan ketidak tahuan mengenai dasar bentuk bagaimana mengikuti Rasulullah saw., petunjuknya dan meneladaninya, dan tidak mengetahui bahwa hal ini adalah termasuk rukun kecintaan kepada Rasulullah saw. Atau tidak mengetahui hal-hal apa yang patut di contoh dari Rasulullah saw. Dari sejarah beliau, karena lemahnya kemampuan untuk mengeluarkan hukum dari hal tersebut atau karena kurang membaca kitab-kitab para alim ulama, dari sinilah pentingnya mengeluarkan pelajaran-pelajaran kemudian menyimpulkan faidah-faidah serta nasihat-nasihat melalui pelajaran sejarah Rasulullah Saw.

Sejarah Rasulullah saw. Di pelajari bukan untuk sekedar mengutip darinya kejadian-kejadian atau kisah-kisah yang terdapat di dalamnya, atau hanya untuk mengetahui tahun kejadian terjadinya kejadian-kejadian yang terdapat di dalamnya, atau membacanya hanya karena ingin mengetahui para pahlawan atau sang juara di dalamnya, hal tersebut adalah salah satu contoh mempelajari sejarah tanpa ingin mengambil faidah darinya, sementara seorang muslim mempelajari sejarah Nabi karena beberapa alasan, di antaranya :

Satu: Rasulullah saw. Adalah suri tauladan, hal tersebut merupakan hal yang harus di taati dan di ikuti, Allah swt. Berfirman : “ sesungguhnya telah ada pada diri Rasullah saw. Itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “. ( Q.S. al Ahzab ayat 21). Di dalam surah yang lain Allah Swt. Berfirman : “ dan jika kamu ta’at kepadanya niscaya kamu dapat petunjuk “. (Q S. an Nur ayat 54 ). Allah swt. Berfirman : “ barang siapa yang menta’ti Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah swt.”. (Q S. an Nisaa’ ayat 80 ). Allah swt. Berfirman : “ katakanlah : ‘jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Ali’imran ayat 31 ).

Beliau adalah bentuk, gambar aplikasi nyata terhadap islam, tanpa mempelajari sejarah Rasulullah saw. Kita tidak tahu bagaimana menta’ati Allah dan menyembah-Nya.

Dengan sejarah Rasulullah saw. Para da’I mengambil cara-cara berdakwah dan fase-fasenya, dengan hal tersebut mereka mengetahui (para dai) bagaimana kerja keras, kesungguhan Rasulullah saw. Berdakwah demi untuk menegakkan, meninggikan kalimat Allah swt. Dan bagaimana menyikapi kesulitan-kesulitan yang menghadang serta bagaimana sikap yang benar ketika berhadapan dengan ujian dan cobaan.

· Dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui cara-cara pendidikan yang benar.

· Dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui cara menjadi pemimpin yang benar.

· Dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui cara hidup yang sederhana atau zuhud dan tujuannya.

· Dengan mempelajarinya kita dapat mengetahui cara berdagang yang baik, tatanannya.

· Orang-orang yang tertimpa ujian dapat mengambil faidah dari mempelajari sejarah Nabi Saw. Bagaimana tingkatan-tingkatan sabar dan tetap punya pendirian yang kuat dengan tetap berjalan sesuai dengan metode beliau dengan keyakinan kepada Allah swt. Bahwa kemenangan akan di raih oleh orang-orang yang bertakwa.

· Para alim ulama dapat mengambil faidah dari mempelajari sejarah Rasullah saw. Yaitu membantu mereka memahami kitab Allah Swt. Mereka mendapatkan di dalam sejarah tersebut ilmu-ilmu yang benar tentang ilmu-ilmu islam yang beraneka ragam. Dengannya mereka mengetahui ilmu naasikh wal mansuukh, asbabun nuzuul, dan ilmu-ilmu yang lain.

· Dengan sejarah Rasulullah saw. Seluruh umat secara universal dapat mengetahui akhlak dan etika-etika yang terpuji.

Oleh karena itu Ibnu katsir mengatakan: “ seni ini harus di perhatikan dengan baik, dan mengambil I’tibar dengan perintahnya, dan mempersiapkan diri untuk hal tersebut, sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Muhammad bin Umar al Waaqidy dari Abdullah bin Umar bi Aly dari Ayahnya aku mendengar Aly bin Husain berkata: “ kami mempelajari sejarah perjuangan Rasulullah Saw. Sebagaimana kami mempelajari surah dari Al Qur’an “. Al Waaqidy berkata: “ dan aku telah mendengar Muhammad bin Abdullah berkata: “ aku telah mendengar pamanku az Zuhry berkata: “ di dalam ilmu sejarah perjuangan Rasulullah saw. Terdapat ilmu dunia dan akhirat “.

Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abi waqqas berkata: “ ayahku telah mengajari kami Sejarah perjuangan Rasulullah saw. Dan berpesan kepada kami, dengan mengatakan: “ ini adalah karya nenek moyang kalian maka janganlah kalian menyia-nyiakan dengan tidak mengingatnya ”.

Sejarah telah mencatat berapa banyak orang hebat seperti raja, patriot, penyair dan filosof, namun siapa di antara mereka yang meninggalkan suri tauladan yang di teladani umat sedunia??? Sejarah telah selesai mencatat mereka tidak ada yang tersisa dari mereka sedikitpun, sekalipun sebagian dari mereka nama-namanya masih ada.

Banyak sejarah orang-orang besar yang hanya menjadi bahan tertawaan orang-orang di sepanjang sejarah : di mana raja Namrud yang telah berkata kepada Nabi Ibrahim as. “saya dapat menghidupkan dan mematikan”. (QS. Al Baqarah ayat 258 ). Dimana perkataan Fir’aun yang mengatkan: “ saya adalah tuhan kalian yang paling tinggi” ( QS. An Naazi’aat ayat 24 ). Dan dia berkata lagi : “ dan berkata Fir’aun: Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku ”. ( QS. Al Qashash ayat 38 ). Orang-orang tersebut yang telah menjadi orang hebat pada zamannya justru sekarang menjadi bahan cemohan dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, orang dewasa, orang berilmu dan yang tidak berilmu, jika mereka dapat menipu dan menakut-nakuti kaum mereka di zamannya lalu kaumnya tunduk kepadanya, namun setelah mereka lengser dan hancur muncullah kebiadaban mereka, dan mereka menjadi bahan cemohan di sepanjang zaman.

Sesungguhnya sejarah Rasulullah Saw. Datang untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik dan akhlak serta kerusakan ibadah dan perbuatan kepada cahaya Tauhid, iman dan amal saleh , “Hai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi ”. (QS. Al Ahzaab ayat 45-46 ).

Kedua: kita mempelajari sejarah Nabi Saw. Agar makin bertambah iman dan keyakinan kita dengan kebenarannya. Dengan memperhatikan mukjizat beliau serta tanda-tanda kenabiannya membuat semakin bertambahnya iman dan keyakinan kita tentang kebenaran Rasulullah saw. Maka mempelajari sejarah Nabi Saw. Dan kejadian-kejadian yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah Nabi Saw. Dan kehidupan beliau secara sempurna, menunjukkan tentang kemuliaan beliau dan kebenarannya.

Ketiga: agar tertanam di hati kita rasa cinta, terhadap apa yang di catat oleh sejarah mengenai akhlak beliau yang mulia, interaksi beliau yang ramah, kesungguhan beliau agar manusia mendapatkan petunjuk untuk kebaikan mereka, beliau mengorbankan tenaga, harta dan jiwanya untuk mengeluarkan manusia dari alam kegelapan kepada alam yang penuh dengan cahaya (tauhid), membawa umatnya dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yang bahagia, dan kesungguhan Rasulullah Saw. Untuk menjauhkan umatnya dari kesulitan yang di alami mereka dan menentramkannya. Selengkapnya...

Rasulullah Saw. Adalah Sebaik-baik Teladan Dalam Kehidupan Anda

teladan kehidupanOleh: DR. Yahya Ibrahim Yahya

Hanya beliau dalam catatan sejarah yang menjadi suri teladan dalam segala aspek.

Jika anda seorang hartawan, teladanilah Rasulullah Saw. Ketika beliau berdagang dengan membawa barang dagangan antar Hijaz dan Syam, dan menguasai perbendaharaan Bahrain…

Jika anda termasuk orang yang kurang mampu dalam hal materi, maka ikutilah Rasulullah Saw. Yang tereksklusif oleh rakyat Abi Thalib, ketika beliau meninggalkan tempat tinggalnya berhijrah ke Madinah beliau tidak membawa harta benda sedikitpun…

Jika anda seorang penguasa maka ikutilah sunnah beliau dan perbuatan-perbuatannya, ketika beliau menjadi penguasa orang arab, beliau menguasai beberapa negeri dan menjadikan penguasa-penguasa mereka tunduk kepada beliau …

Jika anda seorang rakyat lemah, anda bisa mengambil dari Rasulullah saw. Teladan yang baik, ketika beliau teraniaya di Mekkah di bawah kekuasaan orang-orang musyrik…

Jika anda seorang pemenang, anda juga bisa mengambil contoh dari kehidupan Rasulullah saw. Ketika beliau menang melawan musuh-musuhnya pada perang Badar, Hunain dan fathu Makkah…

Jika anda seorang yang kalah .., ambillah contoh dari Rasulullah Saw. Ketika beliau sedang berperang pada perang Uhud beliau berada di tengah-tengah sahabatnya yang terbunuh dan yang kelemahan karena terluka…

Jika anda seorang pengajar, maka anda dapat mengambil contoh darinya, beliau mengajar para sahabatnya di mesjid…

Jika anda seorang murid yang terpelajar, maka anda dapat membayangkan bagaimana keadaan beliau ketika beliau berguru kepada Jibril as.

Jika anda seorang penasihat dan pembimbing yang terpercaya, maka dengarkanlah Rasulullah saw. Ketika beliau menasihati para sahabatnya di masjid Nabawi…

Jika anda seorang yatim piatu, ayah beliau meninggal ketika beliau masih di dalam kandungan, kemudian ibunya meninggal ketika masih berumur 6 tahun…

Jika anda seorang anak-anak, perhatikan ketika beliau masih kecil di susukan oleh Halimah Sa’diah dengan penuh kasih sayang…

Jika anda seorang pemuda, maka bacalah perjalanan seorang penggembala Makkah…

Jika anda seorang pedagang yang melakukan perjalanan membawa barang dagangan, maka perhatikanlah keadaan pemimpin kafilah yang hendak menuju Basrah…

Jika anda seorang hakim, maka perhatikan kebijaksanaan beliau menangani permasalahan ketika para pembesar Makkah saling berselisih dan hampir berperang untuk memperebutkan meletakkan hajar aswad pada tempatnya, mari kita melihat bagaimana beliau menyelesaikan perkara dengan penuh kearifan ketika beliau berada di halaman mesjid Madinah, beliau tidak pilih kasih dan menyamakan hak antara orang kaya dan miskin.

Jika anda seorang suami, maka bacalah sejarah dan kehidupan yang jujur dan adil terhadap suami Khadijah dan Aisyah, jika anda seorang ayah terhadap anak-anak anda maka belajarlah terhadap apa yang telah di lakukan oleh ayah Fatimah az Zahra atau kakek Hasan dan Husein…

Di posisi manapun anda dan bagaimanapun keadaan yang anda alami, siang dan malam yang anda lalui maka anda bisa mencontoh kehidupan Muhammad Saw. Sebagai petunjuk dan teladan yang baik yang dapat mencerahkan kehidupan anda, kemudian dapat memperbaiki urusan-urusan anda yang membingungkan. Beliau adalah pribadi yang agung di dunia ini. Selengkapnya...

Seni Perilaku Cinta Kasih Sayang Rasulullah Saw

seni cintaDiantara seni perilaku cinta kasih sayang Rasulullah saw.sbb:
• Berhias diri, memperindah penampilan dan memakai wewangian untuk isteri.

Aisyah ra. Di Tanya: “Apa yang pertama kali di lakukan oleh Rasulullah saw. ketika memasuki rumahnya? Aisyah ra. Menjawab: dengan bersiwak”.

(perawi: Aisyah ra., derajat hadits: Sahih, al Muhaddits: Muslim, sumber: al Musnad sahih, hal/no: 253).

Dan hadits ini di keluarkan oleh Imam Muslim, sebagian ahlul ilmi menyebutkan faidah dan point penting yang terdapat dari hadits tersebut, mereka mengatakan: “mungkin saja Rasulullah saw. melakukan hal itu sebagai persiapan menyambut isteri-isterinya dengan ciuman”.

Sementara dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Aisyah ra. Berkata: “Saya memberikan wangi-wangian kepada Rasulullah saw. dengan wangi-wangian yang terbaik yang ada pada saya…”.

(perawi: Aisyah ra., derajat hadits: sahih, al muhaddits: Imam Bukhary, sumber: al jaami’u ssahih, hal/no: 5918)

Di dalam sahih Bukhary, Aisyah ra. Berkata: “ saya menyisir rambut Rasulullah saw. sementara saya dalam keadaan haid”.

Demikian teksnya di sisi perawi yang meriwayatkan dari Malik, hal ini juga di riwayatkan oleh Hudzaifah darinya dari Hisyam dengan lafadz: “Bahwasanya dia (Aisyah ra.) membersihkan kepala Rasulullah saw. yang pada waktu itu Rasulullah saw. berada di dekat masjid dan Aisyah dalam keadaan haid maka Rasulullah saw. keluar menemuinya”. (di keluarkan oleh Daraquthny juga).

Pada seluruh hadits ini dan yang lainnya, telah menjelaskan mengenai hal apa yang telah di perbuat oleh Rasulullah saw. mulai dari memperindah penampilan, berhias diri yang sesuai dengan yang di perintahkan oleh syar’I yang di ridhoi oleh Allah Swt., berbeda dengan apa yang telah di lakukan oleh orang-orang sekarang dengan memperindah penampilan melebihi dari batas-batas yang telah di tetapkan oleh syari’I baik dari kaum laki-laki maupun kaum perempuan, namun yang mengherankan dari penampilan sebagian laki-laki yang keren dan modern (menurut dia) masih saja tercium dari dia bau yang tidak menyenangkan seperti bau rokok dan yang lainnya, dimana sebenarnya bentuk keindahan (memperindah penampilan) yang anda maksud wahai saudaraku yang tercinta??? Dan yang lebih ironi lagi serta sangat mengherankan dalam masalah memperindah penampilan yang melampaui batas yaitu memakai baju dengan seadanya, membiarkan rambut terurai, membiarkan kuku (sampai panjang), kumis dan bulu ketiak, dan bau-bauk yang tidak sedap lainnya.

Satu-satunya yang terbaik adalah mengaplikasikan cara Rasulullah saw. dalam hal berhias dan memperindah penampilan, sebab memperhatikan bentuk luar alias penampilan adalah merupakan hak isteri secara syar’I dan hal ini adalah merupakan suatu faktor untuk meraih cinta dan kasih sayangnya sebab jiwa ini senang dan cinta kepada hal-hal yang indah, bersih dan baik. Silahkan anda memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang sholeh dulu ridhwaanullahi ‘alaihi ajma’in dan bagaimana perilaku mereka terkait dengan pembahasan ini.

• Ibn Abbas. Ra. Berkata: “Saya memperindah penampilanku untuk isteri saya sebagaimana isteri saya memperindah penampilannya untuk saya…Allah Swt. Berfirman:

“dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf”.

• Seorang suami yang berpenampilan tidak rapih (jorok) bersama isterinya masuk menemui Khalifah Umar ibn Khattab ra., sementara isterinya mengatakan: “saya tidak menginginkannya, saya tidak menginginkannya. Apa sebabnya?? Kemudian perempuan tersebut memberitahukan sebab ketidak senangannya (terhadap suaminya), kemudian laki-laki itu (suaminya) di perintahkan untuk mandi, bercukur dan merapikan rambutnya serta menggunting kukunya setelah dia selesai dari semua hal tersebut, dia di perintahkan untuk menemui isterinya namun isterinya jadi heran (tidak mengenalinya) dan menjauh darinya (karena penampilannya yang sudah bersih dan rapih) kemudian pada akhirnya dia mengenali suaminya diapun menerimanya dan menarik tuntutannya (untuk cerai), lalu Umar ra. Berkata: beginilah yang seharusnya kalian lakukan untuk mereka (isteri-isterimu) demi Allah mereka itu (isteri-isterimu) menyukai jika kalian berhias memperindah penampilan untuk mereka sebagaimana juga kalian senang jika mereka berhias untuk kalian.

Yahya ibn Abdurrahman al Handzaly berkata: “aku mendatangi Muhammad bin al Hanafiyah beliau keluar menemuiku dengan berpakaian berwarna merah dan jenggotnya di beri parfum yang sangat harum dari parfum terbaik yang ada, Yahya berkata: kemudian aku berkata kepadanya: apa ini? Dia menjawab: ini adalah pakaian (selimut tebal) aku memakainya untuk isteriku dan aku memberinya parfum karena mereka (para isteri) menyenangi hal tersebut dari kita (para suami) sebagaimana juga kita menyenangi hal ini (berhias dan memperindah penampilan) dari mereka. Hal ini di sebutkan oleh Imam al Qurthuby dalam tafsirnya al jaami’ liahkaamil Qur’aan.

Oleh karena itu seorang isteri menyukai jika anda (sebagai suami) berhias dan berpenampilan rapih dan bersih sebagaimana juga anda menyukai hal tersebut dari dia, …maka marilah kita sama-sama belajar tentang cara seni prilaku kasih sayang dan cinta dari Rasul kita ( Muhammad Saw.) yang tercinta juga dari isteri-isteri beliau, para sahabat dan tabi’in.

sumber: rasoulallah.net Selengkapnya...

Rabu, 28 Juli 2010

Kategori Riba Fadhl

riba fadhlAl-Imam Muslim bin Al-Hajjaaj rahimahullah berkata :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لِابْنِ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلًا بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الْأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, ‘Amru bin Naaqid, dan Ishaaq bin Ibraahiim – dan lafadh ini kepunyaan Ibnu Abi Syaibah. Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami; sedangkan yang dua yang lain berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Khaalid Al-Hadzdzaa’, dari Abu Qilaabah, dari Abu Asy’ats, dari ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar dengan gandum, sya’iir (sejenis gandum) ditukar dengan sya’iir, kurma ditukar dengan kurma, dan garam ditukar dengan garam; dengan sepadan/seukuran dan harus secara kontan. Apabila komoditasnya berlainan, maka juallah sekehendak kalian asalkan secara kontan juga” [Shahih Muslim no. 1587].

Al-Imam Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَوْسٍ سَمِعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبُرُّ بِالْبُرِّ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ رِبًا إِلَّا هَاءَ وَهَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Abul-Waliid : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Ibnu Syihaab, dari Maalik bin Aus, ia mendengar ‘Umar radliyallaahu ‘ahumaa, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Gandum ditukar dengan gandum adalah riba kecuali secara kontan, sya’iir ditukar dengan sya’iir/jewawut adalah riba kecuali secara kontan, dan kurma ditukar dengan krma adalah riba kecuali secara kontan” [Shahih Al-Bukhaariy, no. 2170].
Sebagian Fiqh Hadits
Hadits di atas menjelaskan tentang enam komponen barang dalam katagori riba fadhl, dan bagaimana cara jual beli yang dibenarkan terhadap barang-barang tersebut. Enam komponen tersebut adalah :
a. Emas.
b. Perak.
c. Gandum.
d. Sya’iir (sejenis gandum juga).
e. Kurma.
f. Garam.
Jumhur ulama mengatakan bahwa komponen barang dalam riba fadhl tidak terbatas pada enam jenis di atas, akan tetapi juga pada jenis-jenis lain yang sifatnya dapat diqiyaskan dengannya. Adapun golongan Dhahiriyyah hanya membatasi pada enam jenis tersebut karena mereka menolak penggunaan qiyas.
Emas dan perak masuk dalam komponen riba fadhl karena ia merupakan emas dan perak, baik sebagai alat tukar ataupun bukan. Inilah yang dinyatakan oleh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah. Dalil yang mendasari pendapat ini adalah :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ أَبِي شُجَاعٍ سَعِيدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ حَنَشٍ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ اشْتَرَيْتُ يَوْمَ خَيْبَرَ قِلَادَةً بِاثْنَيْ عَشَرَ دِينَارًا فِيهَا ذَهَبٌ وَخَرَزٌ فَفَصَّلْتُهَا فَوَجَدْتُ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ اثْنَيْ عَشَرَ دِينَارًا فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَا تُبَاعُ حَتَّى تُفَصَّلَ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada kami Laits, dari Abu Syujaa’ Sa’iid bin Yaziid, dari Khaalid bin Abi ‘Imraan, dari Hanasy Ash-Shan’aaniy, dari Fadlaalah bin ‘Ubaid, ia berkata : "Aku pernah membeli sebuah kalung di hari (penaklukan) Khaibar seharga 12 dinar. Pada kalung tersebut terdapat emas dan permata. Lalu aku pisahkan ia (emas dan permata dari kalung), dan ternyata aku dapatkan nilainya lebih dari 12 dinar. Kemudian aku ceritakan hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pun bersabda : "Janganlah kamu menjualnya sehingga kamu memisahkannya (emas dari kalungnya)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1591].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara emas dinar yang berfungsi sebagai alat tukar dengan emas yang terdapat dalam kalung yang berfungsi sebagai perhiasan, sehingga keduanya – ketika akan ditukarkan/dijual – harus sepadan (dan kontan).
Terkait dengan itu, semua barang yang mempunyai fungsi sebagai alat tukar, maka dapat diqiyaskan dengan emas dan perak. Termasuk dalam hal ini adalah uang di jaman sekarang – menurut pendapat yang paling raajih dari kalangan ulama kontemporer.
Empat jenis lainnya (gandum, sya’iir, kurma, dan garam) masuk dalam komponen riba fadhl karena mempunyai nilai fungsional sebagai bahan makanan pokok dan bisa ditakar. Inilah yang dinyatakan oleh Ibnu Taimiyyah dan Ibnu ‘Utsaimin. Pendapat ini ditopang oleh hadits :
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو ح و حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ أَنَّ أَبَا النَّضْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ بُسْرَ بْنَ سَعِيدٍ حَدَّثَهُ عَنْ مَعْمَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ أَرْسَلَ غُلَامَهُ بِصَاعِ قَمْحٍ فَقَالَ بِعْهُ ثُمَّ اشْتَرِ بِهِ شَعِيرًا فَذَهَبَ الْغُلَامُ فَأَخَذَ صَاعًا وَزِيَادَةَ بَعْضِ صَاعٍ فَلَمَّا جَاءَ مَعْمَرًا أَخْبَرَهُ بِذَلِكَ فَقَالَ لَهُ مَعْمَرٌ لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ انْطَلِقْ فَرُدَّهُ وَلَا تَأْخُذَنَّ إِلَّا مِثْلًا بِمِثْلٍ فَإِنِّي كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الطَّعَامُ بِالطَّعَامِ مِثْلًا بِمِثْلٍ قَالَ وَكَانَ طَعَامُنَا يَوْمَئِذٍ الشَّعِيرَ قِيلَ لَهُ فَإِنَّهُ لَيْسَ بِمِثْلِهِ قَالَ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُضَارِعَ
Telah menceritakan kepada kami Haaruun bin Ma’mar : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amru. Dan telah menceritakan kepadaku Abuth-Thaahir : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dari ‘Amru bin Al-Haarits : Bahwasannya Abun-Nadlr telah menceritakan kepadanya : Bahwasannya Busr bin Sa’iid telah menceritakan kepadanya, dari Ma’mar bin ‘Abdillah : Bahwa ia pernah menyuruh pelayannya dengan membawa satu sha' tepung, lalu ia berkata : "Juallah gandum itu, lalu tukarkanlah dengan sya’iir/jewawut". Lalu pelayannya itu pergi dan mengambil lebih dari satu sha' gandum. Ketika Ma'mar datang, pelayan itu memberitahukan kepadanya tentangnya. Ma'mar berkata kepadanya : "Kenapa engkau lakukan hal itu ? Pergi dan kembalikan sya’iir/jewawut itu, janganlah kamu mengambilnya kecuali dengan takaran yang sama. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Makanan dengan makanan harus sebanding. Ma'mar berkata lagi : "Saat itu makanan kami adalah sya’iir". Lalu dikatakan kepadanya : "Sesungguhnya hal itu tidak sama jenisnya (yaitu antara tepung dengan sya’iir sehingga boleh hukumnya ditukar dengan berbeda ukuran)". Ma’mar menjawab : "Sesungguhnya aku khawatir jika hal itu menyerupai praktek riba" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1592].
Ma’mar telah menyebutkan ‘illat tidak bolehnya penukaran gandum (qamh) dengan sya’iir (sejenis gandum juga) beda takaran karena keduanya termasuk jenis makanan yang harus sama takarannya saat ditukarkan satu dengan yang lainnya jika satu jenis. Antara qamh dan sya’iir, maka ia merupakan barang yang sejenis.[1]
Oleh karena itu, semua jenis bahan makanan yang ditakar dapat diqiyaskan keempat jenis komoditas tersebut.
Dari beberapa hadits yang disebutkan di atas, para ulama merumuskan beberapa kaedah sebagai berikut :
1. Diharuskan sama ukurannya (takaran atau timbangannya) dan diserahkan secara kontan apabila barang-barang yang ditransaksikan adalah barang-barang yang sama jenisnya dan nilai fungsionalnya. Misalnya : emas dengan emas, perak dengan perak, kurma dengan kurma, dan yang lainnya.[2]
2. Tidak diharuskan sama ukurannya (takaran atau timbangannya) namun harus diserahkan secara kontan, apabila barang-barang yang ditransaksikan adalah barang-barang yang tidak sejenis namun mempunyai nilai fungsional yang sama. Misalnya : emas dengan perak, uang dengan emas, beras dengan kurma, dan yang lainnya.
3. Tidak diharuskan sama ukurannya dan boleh diserahkan secara tertunda (tidak kontan/hutang), apabila barang-barang yang ditransaksikan adalah barang-barang yang tidak sejenis lagi berbeda nilai fungsionalnya. Misalnya : kurma dengan perak, uang dengan beras, dan yang lainnya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa transaksi jual-beli yang mengandung riba adalah batal atau tidak sah. Barangsiapa yang mempraktekkan riba, maka transaksinya itu ditolak meskipun ia tidak tahu, karena ia telah berbuat dengan sesuatu yang diharamkan oleh Allah ta’ala.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga sedikit tulisan di atas ada manfaatnya. Bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui bahasan tentang riba ini, bisa dibaca buku : Riba & Tinjauan Kritis Perbankan Syari’ah buah pena Al-Ustadz Muhammad Arifin Badri hafidhahullah (Pustaka Daarul-Ilmi).
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, 00.04 WIB, 27072010].



[1] Seperti misal beras rojolele dengan beras IR, kedelai putih dengan kedelai hitam, dan yang semisalnya.
[2] Termasuk hal yang dilarang namun banyak dipraktekkan di jaman sekarang adalah menukar emas 24 karat dengan emas 21 karat atau menukar beras berkualitas baik dengan beras berkualitas kurang baik; dengan ukuran (timbangan/takaran) yang berbeda. Dasarnya :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ هُوَ ابْنُ سَلَّامٍ عَنْ يَحْيَى قَالَ سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَبْدِ الْغَافِرِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ بِلَالٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِتَمْرٍ بَرْنِيٍّ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَيْنَ هَذَا قَالَ بِلَالٌ كَانَ عِنْدَنَا تَمْرٌ رَدِيٌّ فَبِعْتُ مِنْهُ صَاعَيْنِ بِصَاعٍ لِنُطْعِمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ ذَلِكَ أَوَّهْ أَوَّهْ عَيْنُ الرِّبَا عَيْنُ الرِّبَا لَا تَفْعَلْ وَلَكِنْ إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تَشْتَرِيَ فَبِعْ التَّمْرَ بِبَيْعٍ آخَرَ ثُمَّ اشْتَرِهِ
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Mu’aawiyyah bin Sallaam, dari Yahyaa, ia berkata : Aku mendengar ‘Uqbah bin ‘Abdil-Ghaafir, bahwasannya ia mendengar Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu berkata : “"Bilaal datang menemui Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan membawa kurma Barniy (jenis kurma terbaik). Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya : "Dari mana kurma ini?". Bilaal menjawab : "Kami memiliki kurma yang jelek, lalu aku jual dua shaa' kurma tersebut dengan satu shaa' kurma yang baik agar kami dapat menghidangkannya kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam”. Mendengar hal itu, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Celaka celaka, ini benar-benar riba. Janganlah engkau melakukannya. Jika engkau ingin membelinya, maka juallah kurmamu dengan harga tertentu, baru kemudian belilah kurma yang baik ini" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2312].
Hadits ini juga memberi pengajaran bagi kita bagaimana praktek yang seharusnya dilakukan; yaitu menguangkan (menjual) terlebih dahulu barang yang kita miliki, baru setelah itu kita beli barang sejenis yang lebih baik atau lebih rendah kualitasnya. Selengkapnya...